Rabu, 25 November 2015

sastra kesultanan usmani

sastra kesultanan usmani

Sastra

Evliya Celebi, petualang dan pewarta lancong abad ke-17
Dua aliran utama sastra tulis Utsmaniyah adalah syair dan prosa. Syair sejauh ini merupakan aliran dominan. Sampai abad ke-19, prosa Utsmaniyah tidak mengandung fiksi. Tidak ada karya yang sebanding dengan roman, cerita pendek, atau novel Eropa. Genre yang serupa memang ada, namun dalam bentuk sastra rakyat Turki dan syair Divan.
Syair Divan adalah bentuk seni yang sangat diritualkan dan simbolis. Dari syair Persia yang menginspirasinya, syair Divan mewarisi banyak simbol yang makna dan keterkaitannya—baik persamaan (مراعات نظير mura'ât-i nazîr / تناسب tenâsüb) maupun perbedaannya (تضاد tezâd) dijelaskan secara gamblang atau sederhana. Syair Divan disusun melalui pencampuran konstan beberapa gambar di dalam kerangka kerja metrik yang ketat, sehingga muncul banyak kemungkinan makna. Kebanyakan syair Divan berbentuk lirik, baik gazel (membentuk bagian terbesar dari repertoar tradisi ini) maupun kasîdes. Ada pula genre-genre umum lainnya, salah satunya adalah mesnevî, sejenis roman baris dan berbagai macam puisi narasi. Dua contoh mesnevî yang terkenal adalah Leyli dan Majnun karya Fuzûlî dan Hüsn ü Aşk karya Şeyh Gâlib.
Ahmet Nedîm Efendi, salah satu penyair Utsmaniyah ternama
Sampai abad ke-19, Prosa Utsmaniyah tidak berkembang sampai sejauh syair Divan kontemporer. Salah satu alasan utamanya adalah banyak prosa yang harus mematuhi aturan sec (سجع, juga ditransliterasikan menjadi seci), atau prosa berima,[147] jenis penulisan yang diturunkan dari saj' Arab yang mensyaratkan adanya rima antara setiap kata sifat dan kata benda dalam suatu rangkaian kata, seperti kalimat. Karena itu, muncullah sebuah tradisi prosa dalam sastra waktu itu meski sifatnya non-fiksi. Contoh pengecualiannya adalah Muhayyelât karya Giritli Ali Aziz Efendi, kumpulan cerita fantastis yang ditulis tahun 1796 dan baru diterbitkan tahun 1867.
Dikarenakan hubungan historis yang dekat dengan Perancis, sastra Perancis menajdi bagian dari pengaruh besar Barat terhadap sastra Utsmaniyah sepanjang paruh akhir abad ke-19. Akibatnya, banyak aliran di Perancis waktu itu yang juga muncul di Kesultanan Utsmaniyah. Misalnya, dalam perkembangan tradisi prosa Utsmaniyah, pengaruh Romantisisme dapat dilihat saat periode Tanzimat, dan pengaruh aliran Realis dan Naturalisme muncul pada periode selanjutnya. Dalam tradisi syair, pengaruh Simbolis dan Parnassian lebih mencolok.
Banyak penulis pada period Tanzimat menulis dalam beberapa genre secara bersamaan. Misalnya, penyair Namik Kemal menulis novel penting İntibâh ("Kebangkitan") tahun 1876, sedangkan jurnalis İbrahim Şinasi dikenal karena menulis lakon Turki modern pertama pada tahun 1860, yaitu komedi satu babak "Şair Evlenmesi" ("Pernikahan sang Penyair"). Lakon sebelumnya, yaitu farse berjudul "Vakâyi'-i 'Acibe ve Havâdis-i Garibe-yi Kefşger Ahmed" ("Peristiwa Aneh dan Kejadian Mengherankan Ahmed si Tukang Sepatu"), dibuat pada awal abad ke-19, namun keotentikannya masih diragukan. Dengan semangat yang sama, novelis Ahmed Midhat Efendi menulis novel-novel penting untuk setiap aliran besar: Romantisisme (Hasan Mellâh yâhud Sırr İçinde Esrâr, 1873; "Hasan si Pelaut, atau Misteri di Dalam Misteri"), Realisme (Henüz On Yedi Yaşında, 1881; "Baru Tujuh Belas Tahun"), dan Naturalisme (Müşâhedât, 1891; "Pengamatan"). Keragaman ini separuhnya didorong keinginan para penulis Tanzimat yang ingin menyertakan sastra baru sebanyak mungkin dengan harapan bisa menyumbang revitalisasi struktur sosial Utsmaniyah.[148]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar