sastra kesultanan usmani
Sastra
Dua aliran utama sastra tulis Utsmaniyah adalah syair dan
prosa.
Syair sejauh ini merupakan aliran dominan. Sampai abad ke-19, prosa
Utsmaniyah tidak mengandung fiksi. Tidak ada karya yang sebanding dengan
roman, cerita pendek, atau novel Eropa. Genre yang serupa memang ada, namun dalam bentuk
sastra rakyat Turki dan
syair Divan.
Syair Divan
adalah bentuk seni yang sangat diritualkan dan simbolis. Dari syair
Persia yang menginspirasinya, syair Divan mewarisi banyak simbol yang
makna dan keterkaitannya—baik persamaan (مراعات نظير mura'ât-i nazîr /
تناسب tenâsüb) maupun perbedaannya (تضاد tezâd) dijelaskan secara
gamblang atau sederhana. Syair Divan disusun melalui pencampuran konstan
beberapa gambar di dalam kerangka kerja metrik yang ketat, sehingga
muncul banyak kemungkinan makna. Kebanyakan syair Divan berbentuk
lirik, baik
gazel
(membentuk bagian terbesar dari repertoar tradisi ini) maupun kasîdes.
Ada pula genre-genre umum lainnya, salah satunya adalah mesnevî, sejenis
roman baris dan berbagai macam
puisi narasi. Dua contoh mesnevî yang terkenal adalah
Leyli dan Majnun karya
Fuzûlî dan
Hüsn ü Aşk karya
Şeyh Gâlib.
Sampai abad ke-19,
Prosa Utsmaniyah
tidak berkembang sampai sejauh syair Divan kontemporer. Salah satu
alasan utamanya adalah banyak prosa yang harus mematuhi aturan sec (سجع,
juga ditransliterasikan menjadi seci), atau
prosa berima,
[147] jenis penulisan yang diturunkan dari
saj' Arab yang mensyaratkan adanya
rima antara setiap kata sifat dan
kata benda
dalam suatu rangkaian kata, seperti kalimat. Karena itu, muncullah
sebuah tradisi prosa dalam sastra waktu itu meski sifatnya non-fiksi.
Contoh pengecualiannya adalah
Muhayyelât karya
Giritli Ali Aziz Efendi, kumpulan cerita fantastis yang ditulis tahun 1796 dan baru diterbitkan tahun 1867.
Dikarenakan hubungan historis yang dekat dengan Perancis,
sastra Perancis
menajdi bagian dari pengaruh besar Barat terhadap sastra Utsmaniyah
sepanjang paruh akhir abad ke-19. Akibatnya, banyak aliran di Perancis
waktu itu yang juga muncul di Kesultanan Utsmaniyah. Misalnya, dalam
perkembangan tradisi prosa Utsmaniyah, pengaruh
Romantisisme dapat dilihat saat periode Tanzimat, dan pengaruh aliran
Realis dan
Naturalisme muncul pada periode selanjutnya. Dalam tradisi syair, pengaruh
Simbolis dan
Parnassian lebih mencolok.
Banyak penulis pada period Tanzimat menulis dalam beberapa genre secara bersamaan. Misalnya, penyair
Namik Kemal menulis novel penting İntibâh ("Kebangkitan") tahun 1876, sedangkan jurnalis
İbrahim Şinasi dikenal karena menulis lakon Turki modern pertama pada tahun 1860, yaitu komedi
satu babak "Şair Evlenmesi" ("Pernikahan sang Penyair"). Lakon sebelumnya, yaitu
farse
berjudul "Vakâyi'-i 'Acibe ve Havâdis-i Garibe-yi Kefşger Ahmed"
("Peristiwa Aneh dan Kejadian Mengherankan Ahmed si Tukang Sepatu"),
dibuat pada awal abad ke-19, namun keotentikannya masih diragukan.
Dengan semangat yang sama, novelis
Ahmed Midhat Efendi
menulis novel-novel penting untuk setiap aliran besar: Romantisisme
(Hasan Mellâh yâhud Sırr İçinde Esrâr, 1873; "Hasan si Pelaut, atau
Misteri di Dalam Misteri"), Realisme (Henüz On Yedi Yaşında, 1881; "Baru
Tujuh Belas Tahun"), dan Naturalisme (Müşâhedât, 1891; "Pengamatan").
Keragaman ini separuhnya didorong keinginan para penulis Tanzimat yang
ingin menyertakan sastra baru sebanyak mungkin dengan harapan bisa
menyumbang revitalisasi
struktur sosial Utsmaniyah.
[148]